Senin, 20 Agustus 2018

Kisruh 500 Komoditas Impor Tekan Kinerja Rupiah

Akumulasi efek eksternal seperti krisis mata uang di Turki serta faktor internal yakni defisit neraca transaksi berjalan di kuartal II mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga level Rp 14.600/US$. Untuk mengendalikan faktor internal, pemerintah akan mengendalikan komoditas impor dan mencari produk substitusi lokal.

“Kami bersama menteri perdagangan dan menperin akan identifikasi 500 komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri, apakah bisa substitusi impor dan pengendalian dari sisi impor,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, salah satu barang yang akan dikendalikan yakni berbagai macam barang konsumsi dari belanja online. Barang-barang itu justru melonjak sangat tinggi. Karena itu, sebanyak 500 komoditas yang dapat diproduksi di dalam negeri akan diidentifikasi oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian.

Menkeu menyampaikan pemerintah akan mengendalikan komoditas impor untuk memperbaiki kondisi defisit transaksi berjalan. Pemerintah melihat adanya potensi substitusi produk dari dalam negeri untuk barang yang berhubungan dengan konsumsi dan bahan baku.

“Untuk barang yang berhubungan dengan konsumsi dan bahan baku, dan kita lihat ada potensi substitusi produk dari dalam negeri, kita sudah mengidentifikasi dari Menperin, Mendag, dan Menkeu menetapkan PPh impor 7,5 persen,” kata Sri Mulyani.

Menurutnya, jika permintaan barang impor tersebut melonjak tinggi dan tak masuk dalam barang kebutuhan strategis di perekonomian, maka pemerintah akan mengendalikannya. “Kalau permintaan melonjak tinggi dan dia tidak strategis dan dibutuhkan dalam perekonomian maka akan dikendalikan,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah juga akan mengendalikan impor barang untuk proyek infrastruktur. Pemerintah pun meminta PLN dan Pertamina untuk melihat berbagai komponen impor proyek yang dapat diganti dengan komponen dalam negeri.

“PLN dan Pertamina diminta melihat komponen impor proyek karena ini dua BUMN yang memiliki komponen impor besar. Gak hanya TKDN, tapi juga melihat secara langsung berapa impor barang modal,” ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah juga akan mendorong ekspor dengan kebijakan insentif serta mendorong kemampuan industri untuk melakukan penetrasi pasar. “Itu akan dilakukan secara bersama-sama dengan instrumen pemerintah apakah itu LPII, OJK yang melakukan relaksasi, dan kita melakukan instrumen fiskal,” kata Sri Mulyani.

Terakhir, pemerintah akan mengimplementasikan biodiesel 20 persen secara konsisten dan menyeluruh setelah aturannya rampung. Sehingga diharapkan dapat menekan impor minyak dan gas.

Mencermati pergerakan rupiah yang terus melemah, kalangan pelaku industri juga melakukan sejumlah langkah untuk meresponsnya. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Subroto mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak naiknya ongkos impor komponen. Dengan naiknya komponen elektronik, otomatis harga jual produk elektronik pun akan ikut naik.

Hal itu terjadi saat pasar elektronik di Indonesia sedang lesu yang terasa sejak kuartal I 2018. “Kalau rupiah melemah atau dolar AS menguat, cost-nya naik baik yang diimpor maupun produksi dalam negeri, dan otomatis harga jual harus dinaikkan,” kata Ali.

Sementara di sektor farmasi, pelemahan rupiah membuat pedagang besar farmasi menjadi kesulitan. Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi Indonesia, Vincent Harijanto, menilai pelemahan rupiah merupakan sesuatu yang menyulitkan. Sebab, industri farmasi lebih membutuhkan nilai tukar yang stabil agar penentuan harga jual bisa direncanakan dengan jangka panjang.

Ada empat elemen yang terlibat dalam GP Farmasi, yakni pelaku industri farmasi manufaktur, Pedagang Besar Farmasi (PBF) obat jadi maupun PBF bahan baku, apotek dan toko obat. “Tentu yang terkena adalah PBF bahan baku dan industri yang impor bahan baku,” kata dia.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 159 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini


Database Riset Data Spesifik Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar